Sejarah
Harvest Moon pertama kali berawal di dunia SNES. Game yang di Jepang bernama
Bokojou Monogatari ini langsung menangkap perhatian para gamer di Jepang karena
gameplaynya yang unik dan orisinil. Hanya saja, Harvest Moon pertama tidak
sempat dikenal oleh kalangan luas karena dirilis pada akhir masa hidup console
SNES. Lebih ironis lagi adalah ketika ia masuk ke US pada tahun 1997 ketika
semua orang tengah tergila-gila akan kedahsyatan Playstation.
Harvest Moon mencapai masa jayanya
di Indonesia (juga dunia) ketika seri pertamanya dirilis untuk Playstation.
Dengan tajuk Harvest Moon: Back to Nature, game ini menampilkan apa yang
nampaknya sangat digemari oleh para wanita (juga pria) di Indonesia; sebuah
game simulasi pertanian dengan tampilan yang imut – dengan tambahan unsur love
simulation dalamnya! Harvest Moon: Back to Nature pun menjadi salah satu versi
tersukses dalam seri ini yang membuat Natsume tergiur untuk meremake dan
merilisnya dalam versi portable di GBA.
Konsep portable yang diusung oleh
GBA ternyata mampu mewujudkan sebuah dunia Harvest Moon yang sangat dinamis.
Versi GBA dari Harvest Moon memang memotong sedikit dari versi Playstationnya
(disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dari cartridge mungil GBA), toh hal
tersebut ditebus dengan sebuah iming-iming yang menggiurkan, yakni membawa peternakan
kita ke manapun di saku kita! Bayangkan: kalian sedang bosan di perjalanan
tanpa kerjaan, dan kita bisa langsung menanam dan berkencan. Melanglang buana
ke dunia pertanian kita sendiri di Mineral Town!
Gameplay dari Harvest Moon
sebenarnya masih sama. Kita dituntut untuk menanam berbagai macam sayur mayur
di ladang kita, merawat ternak kita, memetik hasilnya, dan menggaet salah satu
dari 5 gadis yang tersedia (6 kalau kita menghitung 1 gadis spesial) sebagai
istri kita. Nampak membosankan? Jangan salah. Bila kita memang menggemari
permainan bertipe simulasi, Harvest Moon akan memuaskan kebutuhan kita. Kita
tidak hanya dituntut untuk berkutat di tempat pertanian kita – tetapi juga
untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan berbagai karakter di kota kita.
Semula, kita mungkin akan sangat
direpotkan dengan tugas ini dan itu dalam keseharian kita. Tetapi bila kita
bersabar dan terus menjalin relasi baik dengan para sprites, maka dalam waktu
singkat kita akan mendapat banyak pembantu yang siap bekerja bagi kita. Setelah
memeras keringat dalam Spring, Summer, dan Fall (Autumn), maka dalam Winter
kita bisa menuai hasilnya dan mulai bersenang-senang dan mencurahkan waktu
untuk menarik perhatian gadis yang kita sukai. Semuanya bebas sesuai kehendak
kita!
Untuk urusan grafis dan suaranya,
mungkin Harvest Moon bukanlah yang terunggul dalam bidangnya. Masih
ada Golden Sun ataupun Lunar Legends misalnya yang memiliki
grafis 2D maupun semi 3D yang lebih mumpuni. Toh, itu tidak berarti Harvest
Moon memiliki grafis yang jelek. Hampir keseluruhan dari grafisnya berasal dari
game originalnya – dengan penurunan kualitas yang tidak berarti. Suara dalam
Harvest Moon adalah kelemahan utama dalam game ini. Sangat repetitif dan
membosankan.
Replayability dalam memainkan game
ini tergantung dari diri kita sendiri. Kita lebih suka membangun segala sesuatu
dari awal? Game ini memiliki replay value yang sangat tinggi bila demikian.
Kita bisa terus mencoba new game dan mendapatkan kondisi pertanian yang
berbeda. Walau prinsip kita untuk mencapai kesejahteraan sejatinya sama, kita
bisa menggunakan berbagai variasi yang berbeda untuk melakukannya. Mungkin
sekarang kita ingin memfokuskan menjadi seorang peternak, penambang, atau
bahkan penangkap ikan ketimbang seorang petani? Atau kita sudah bosan dengan
istri kita dan ingin memulai dari awal untuk mencari wanita idaman lain?
Pilihannya ada di tangan kita.
Sebaliknya, bagi kita yang ingin
terus melanjutkan apa yang kita bina, game ini tetap bisa berlangsung
selamanya. Ending dari game ini adalah ketika kita menikah dan istri kita
menetap di rumah bersama kita. Kita tetap bisa meneruskan pertanian kita dan
membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia: memiliki seorang anak. Tentu saja
ada tambahan-tambahan minor lainnya yang bisa membuat kita terus memainkan game
ini, mencari uang, dan berkunjung ke Mineral Town kapanpun kita mau. It’s
like your second home once you get addicted!